Monday, March 12, 2012

Wisata Gunung Api Purba Nglanggeran


Gunung Api Purba Nglanggeran

Obyek tempat wisata ini masih ada di Kabupaten Gunungkidul Tak hannya memiliki tempat wisata pantai saja melainkan menyajikan tempat wisata gunung purba yang bernama Nglanggeran
yang lebih yepat gunung di ini terletak desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk kabupaten Gunungkidul. Berada dikawasan Baturagung di bagian utara Kabupaten Gunungkidul
Gunung Nglanggeran ini ada lah gunung api yang aktif pada puluhan juta tahun yang lalu yang terletak di kawasan karts Baturagung,gunung yang litologinya tersusun oleh fragmen material vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur, serta sebuah kaldera ditengahnya. Saat ini Gunung Nglanggeran berupa deretan gunung batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang

Kawasan ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua dan bentang alamnya memiliki keindahan dan secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi. Dari hasil penelitian dan referensi yang ada, dinyatakan Gunung Nglanggeran adalah Gunung Berapi Purba. Kita sudah sering mendengar dan melihat gambar tentang manusia Purba, nah seperti apakah Gunung Berapi Purba??? Lihat keindahan dan Panorama Alamnya di lokasi wisata ini. Bongkahan batu yang menjulang tinggi seperti gedung bertingkat dan mall yang dulunya merupakan gunung berapi aktif ( 60 juta thn yang lalu ) sekarang dapat kita duduki sambil menghirup udara segar sambil berfoto-foto.


Ada bangunan Joglo ( Pendopo Joglo Kalisong ) di pintu masuk dan bila kita melangkah kejalan setapak untuk mendaki gunung, maka ada 3 bangunan gardu pandang sederhana dari ketinggian yang rendah, sedang sampai puncak gunung. Permadani hijau yang terhampar kala memandang ke bawah, melihat ladang, kebun, dan bangunan tower dan berbagai stasiun televisi yang jumlahnya cukup banyak, manambah keindahan alam. Lokasi ini sangat cocok untuk panjat tebing, tracking, jelajah wisata out bond, makrab, dan bekemah.
Banyak wisatawan lokal, dan ada juga sesekali wisatawan asing mengunjungi Gunung Nglanggeran untuk menikmati keindahan pemandangan, mencoba menaklukkan batu-batu besar untuk didaki, dan banyak juga yang hanya sekedar melepas kepenatan dari aktifitas kerja keseharian dan kebisingan kota jika denga melihat pemandangan dari atasGunung api purba yang indah

di balik keindahan gunung api purba Nglanggeran banyak juga cerita-cerita rakyat tentang gunung api purba nglanggeran.
Gunung Nglanggeran, nama Nglanggeran berasal dari kata pelanggaran, hal ini terjadi karena barang siapa yang melakukan kejahatan pelanggaran hukum (nerak angger-angger) akan tertangkap dan terhukum dengan sendirinya.
Gunung Nglanggeran awalnya merupakan puncak dari Gunung Merapi. Konon, pada suatu malam Raden Hanoman yang berwujud seekor kera putih bermain dan ingin mengambil bintang di langit. Untuk menggapainya ia menginjak puncak Gunung Merapi sebagai pijakannya. Karena tidak sampai juga, kemudian puncak gunung tersebut ditendang (dipancal). Bongkahan batu puncak gunung tersebut kemudian ditangkap oleh Punokawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong). Dalam usahanya menangkap bongkahan batu, karena beratnya batu tersebut kakinya menjejak ke tanah hingga mengakibatkan tanah di bawah kakinya mengeluarkan air dan akhirnya tidak berhenti mengalir sehingga menjadi mata air. Mata air tersebut terbentuk sebesar ’dandang’ (alat menanak nasi) yang berada di daerah Kemadang yang kemudian dikenal dengan nama ”sedandang”. Bongkahan batu puncak Gunung Merapi tersebut rencananya akan dibawa ke daerah selatan menggunakan kayu jarak, akan tetapi di tengah jalan kayu tersebut patah dan bongkahan batu tersebut jatuh di daerah Nglanggran, sehingga disebut sebagai GunungNglanggeran.
Gunung Nglanggeran juga disebut sebagai Gunung Wayang karena bentuk fisik dari gunung tersebut menyerupai alat-alat dalam pewayangan misalnya kelir, blencong, dan brucu. Batu-batu di Gunung Nglanggran yang menyerupai bentuk alat-alat tersebut dinamai sesuai bentuknya, sehingga Gunung Nglanggeran terdiri dari Gunung Blencong, Gunung Kelir, Gunung Brucu, dll. Gunung Nglanggeran mempunyai cerita tersendiri tentang tokoh pewayangan, yaitu Raden Ongkowijoyo. Sehingga gunung ini juga disebut sebagai Gunung Ongkowijoyo. Dalam tradisi pementasan wayang kulit di daerah Ngalanggeran tidak diperbolehkan mengangkat cerita tentang Raden Ongkowijoyo. Apalagi cerita tentang Raden Ongkowijoyo kalah/tewas dalam peperangan/ pertempuran. Bila ada yang melanggar akan terjadi musibah. Bahkan menurut pengalaman yang pernah terjadi pada saat pertunjukan wayang itu digelar terjadi ’rajapati’ (pembunuhan).
Gunung Nglanggeran juga dikenal sebagai Gunung Wahyu karena banyak orang yang setelah melakukan ritual dan meditasi di tempat ini keinginannya terkabul. Bahkan konon Sri Sultan HB IX pernah mengadakan ”wilujengan” di gunung ini ketika terjadi kekacauan politik akibat G30/S pada tahun 65-an. Sehingga suasana kekacauan politik di Yogyakarta tidak ikut berlarut-larut.
Menurut cerita Gunung Nglanggeran memiliki mata air (tuk) di puncaknya yang disebut sebagai ” Tlogo Wungu” tetapi telaga ini tidak terlihat secara kasat mata (hanya orang tertentu yang bisa melihat), yang terlihat hanya mata air bawahannya / limbahnya (sendang) yang dikenal dengan nama ”comberan”. Di puncak gunung tersebut juga terdapat ”Tlogo Pengguyangan’. Tlogo Wungu ini konon dipercaya digunakan oleh para bidadari yang turun dari kayangan (langit) untuk membersihkan diri (mandi). Konon di telaga ini gayungnya terbuat dari emas (canting kencono) dan tempat menampung airnya juga terbuat dari emas (bokor kencono) serta jalan menuju pemandiannya berupa undak-undakan bertahtakan emas. Sedangkan Tlogo Pengguyangan merupakan tempat untuk memandikan ”Jaran Sembrani” (kuda putih bersayap yang merupakan tunggangannya para bidadari). Hal ini dipercaya karena terbukti dengan adanya bekas tapak kaki kuda berbentuk tapal kuda di bebatuan di dekat Tlogo Wungu. Jika daerah ini dilanda musim kemarau berkepanjangan, maka sesepuh desa melakukan ritual tertentu untuk memohon turunnya hujan kepada ”Yang Maha Kuasa” di Tlogo Wungu kemudian menguras ”comberan” dari mata air tersebut, tidak lama kemudian hujan akan segera turun. Telaga yang lain yang juga berada di puncak gunung adalah ”Tlogo Mardidho” air dari telaga ini digunakan penduduk setempat untuk mengairi sawah yang juga berada di puncak gunung. Air dari telaga-telaga di puncak gunung ini dipercaya berkhasiat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
itu sebagian cerita masyarakat

dan bagi anda pecinta alam dan suka medaki gunung cobalah wisata yang satu ini di jamin gak akan menyesal,,
jadi nikmatilah liburan mu di sini di Gunungkidul wisata

refrensi: http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/nature-and-outdoor/gunung-nglanggeran/,,http://www.gunungapipurba.com/index.php?option=com_content&view=article&id=14&Itemid=17